Harta, Tahta, dan Pena!

"Dan aku menikmati kesedihan dari setiap tetes air mata yang jatuh.."

Adab Bersaudara karena Allah, Mencintai dan Membenci karena Allah; Kitab Minhajul Muslimin oleh Ustadz Khalid Basalamah. – at Masjid Nurullah Kalibata City

View on Path

Pindahan

Malam ini aku lagi sendiri di kamar. Udah dua hari ini Jakarta diguyur hujan. Dari cuaca yang biasanya panas, sekarang mendadak adem. Dari parit yang biasanya kering, sekarang airnya jadi meluap. Dari yang sering ngasih kabar, pas udah sayang-sayangnya tiba-tiba ngilang gitu aja. Ehem. Sepertinya mulai kehilangan fokus.

Sesaat pikiranku melayang ke masa lalu. Tepatnya delapan bulan yang lalu. Pertama kali aku menginjakkan kaki di Batavia untuk memulai hijrah. Waktu itu aku mulai mencari kosan di daerah Karet Belakang yang kebetulan dekat dengan kantorku. Mencari kosan itu ibarat nyari pacar, gampang-gampang susah. Gampang kalo lo ganteng kayak Rio Dewanto. Susah ya kalo emang udah nasib.

Akhirnya pilihan kosanku jatuh ke tempat yang direkomendasikan sama teman kantor. Ukuran kamarnya cukuplah untuk tempat tinggal satu orang. Tapi berhubung barang-barang yang kubawa dari Medan cukup banyak, alhasil kamar yang tadi bisa muat untuk satu orang, sekarang cuma muat untuk setengah orang. Sesak. Sesak kayak liat mantan lagi update check-in di Path sama pacar barunya.

Selama tinggal di kosan itu, banyak hal yang telah kulalui. Mulai dari sekamar tidur bertiga sama teman, denger ocehan tetangga tiap pagi yang ga pernah akur sama keluarganya, sampai dimarahi Si Mbok (yang jaga kosan) karena cucian kotorku kebanyakan.

Dan tepat hari ini aku pindah ke kosan yang baru. Alasannya sederhana, aku butuh tempat baru yang lebih nyaman. Pencarian kosan baru ini sebenarnya memakan waktu sebulan. Perlu cek dan ricek tempatnya. Kadang, dapat kosan yang enak, tapi kejauhan dari kantor. Dapat kosan yang full fasilitas, tapi kemahalan. Yang lebih ekstrim, ada yang kamar mandi di dalam, tapi tidurnya di luar.

Sama juga kayak nyari pacar. Kita udah cocok sama doi, eh doi nya yang ga cocok sama kita. Udah sama-sama cocok, gataunya beda agama. Yang lebih parah, udah sama-sama cocok, udah satu agama, gataunya beda kelamin. LAH!

Tapi banyak pertimbangan untuk pindah kosan. Aku takut kalo nanti pindah, tempat yang baru ga bakal senyaman tempat yang lama. Tapi itu bukan berarti aku takut untuk move-on. Hanya saja kejadian lama yang tidak menyenangkan takut untuk terulang kembali. Tapi aku kembali berfikir, toh, kalo kita udah ga nyaman sama suasana di kosan ini, buat apa dipertahanin? Ibarat sepasang kekasih yang udah saling ga cocok, tapi takut untuk melepaskan. Bukan karena masih cinta, tapi mereka takut untuk tidak bisa memulai hal yang baru.

Akhirnya aku pindah ke kosan baru ini. Tempatnya lebih nyaman dan kamarnya juga lebih luas dari kosan sebelumnya. Dan baru kusadari, kamar baru ini pernah mau kuambil sewaktu masih mencari-cari kosan dulu. Hanya karena rekomendasi temanku, aku tidak jadi memilih kamar ini. Tak disangka, aku kembali lagi kesini. Memang kalo sudah jodoh, kita bisa apa?

Rumah

Tepat pukul 5 sore, kereta yang aku tumpangi berangkat. Jarak sepanjang 858 km antara Malang dan Jakarta sepertinya menjadi perjalanan yang melelahkan. Terlihat kerumuman orang ramai di peron dari bilik jendela kereta. Mereka menunggu kedatangan kereta untuk mengantarnya ke tempat tujuan masing-masing. Sesekali aku mengusap layar hanphone sembari melihat chat yang masuk.

30 menit sebelum keberangkatan, aku bersama Gilang, Lis, dan Yana makan bakso di pinggiran Stasiun Malang. Setelah menghabiskan semangkuk bakso khas Malang, Lis dan Yana masuk ke toko suvenir untuk membeli oleh-oleh. Tinggal lah aku berdua dengan Gilang. “Lang, kayaknya aku bakal merindukan kalian deh. Aku akan ingat semua momen-momen keluarga kita di karantina.” ujarku sambil tersenyum.

Pikiranku kembali ke kereta. Aku duduk di sebelah Yana dan Lis. Sedangkan Gilang baru berangkat jam 8 malam nanti menuju ke Bandung. Teringat beberapa bulan yang lalu kami semua dipertemukan di sebuah kompetisi. Kami hanya bertegur sapa dari jejaring media sosial dan tanpa pernah sekalipun bertemu langsung. Hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan. Dari awalnya yang jaim di grup chat, bahas gurami dan seledri, sampe baper-baperan. Hingga akhirnya keinginan untuk bertemu langsung dengan kalian pun tercapai di karantina Muda Sabudarta Indonesia 2015.

Bagiku, tak peduli siapa diantara kita yang menang dan kalah. Aku juga tidak peduli siapa yang akhirnya memakai selempang tersebut. Bahkan, kompetisi pun memiliki akhir. Tapi tidak dengan keluarga. Keluarga tidak memiliki cakupan waktu. Namun, ada beberapa hal yang harus kusesali. Aku senang bertemu dengan kalian, tapi bukankah setiap pertemuan bakal berakhir dengan perpisahan? Kereta melaju dengan cepat meninggalkan Kota Malang. Di sepanjang perjalanan ini, aku menatap setiap detil foto-foto kita. Raut wajah yang ceria. Raut wajah kekeluargaan. Tak dapat kutahan, air mataku langsung menetes. Lama aku menahannya, hingga Yana membuyarkan lamunanku, “ Udah bang, jangan nangis.

Memang tak mudah untuk kita berkumpul lengkap kembali. Ada batasan jarak yang memisahkan kita. Rasanya, seperti putus dengan seseorang yang kita sayang hanya karena jarak. Jarak, jarak, dan jarak. Aku ulangi kata-kata itu sampai ga ada artinya lagi.

Semoga kekeluargaan ini tidak seperti stasiun kereta. Hanya menjadi tempat persinggahan orang-orang yang akan pergi. Tempat tujuan orang-orang yang kemudian ditinggalkan. Aku harap keluarga ini menjadi suatu rumah. Kemanapun kita melangkah, ke manapun kita pergi, akan selalu ada alasan untuk kembali ke rumah. Tempat dimana semua kita berada.

Gerbong 5, Matarmaja

Blitar, 19.57 (18 Oktober 2015)

Love you, Gurami Seledri.

Exsar, Gilang, Rani, Yana, Ainul, Ojik, Irfan

Exsar, Gilang, Rani, Yana, Ainul, Ojik, Irfan

Wet-Wet Gam Edisi Museum Konferensi Asia Afrika

Museum Asia Afrika

Halaman depan gedung Museum Asia Afrika

Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!

Kata-tadi tadi adalah kutipan dari akhir pidato Bung Karno dalam rangka pembukaan Konferensi Asia Afrika. Tidak terasa sudah 59 tahun sejak bergulirnya konferensi ini. Saya pun berkesempatan untuk mengunjungi Gedung Merdeka atau yang lebih dikenal dengan nama Museum Asia Afrika. Pameran dan seminar tentang KAA dibuka mulai tanggal 18 April hingga 24 April 2014. Kebetulan saya datang tepat sehari sebelum acara penutupan.

Masyarakat Bandung beruntung bisa mempunyai Museum Asia Afrika ini. Selain menjadi objek wisata sejarah, gedung ini juga dikelola dengan sangat bagus. Untuk memasuki museum tidak dipungut biaya, alias gratis! Museum KAA diapit oleh bangunan-bangunan bekas Belanda.

Diorama Bung Karno ketika berpidato di pembukaan KAA

Diorama Bung Karno ketika berpidato di pembukaan KAA

Museum Konferensi Asia Afrika diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 April 1980 sebagai puncak peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika. Konon, tujuan didirikannya museum ini adalah untuk mempererat hubungan antar negara Asia – Afrika, yang sama-sama pernah dijajah oleh pihak kolonial. Palestina merupakan satu-satunya negara anggota KAA yang masih terjajah.  

Selfie bareng Bung Karno

Selfie bareng Bung Karno

Setelah bercerita panjang lebar tentang sejarah museum, yuk kita intip isi dalamnya! 

Komputer Touchscreen KAA

Museum ini dilengkapi dengan komputer touchscreen yang bisa kita gunakan untuk mendapatkan informasi tentang Konferensi Asia Afrika

Sudut KAA

Salah satu sudut ruangan KAA yang ditempeli foto-foto sejarah KAA

Foto KAA

Eceknya lagi serius mengamati foto-foto nih! :p

Tanda Tangan KAA

Tanda tangan para peserta KAA 18-24 April 1955

Pojok di ruangan KAA

Pojok di ruangan KAA

Headline koran

Headline koran di berbagai dunia yang membicarakan KAA. Konferensi ini sukses menarik perhatian negara-negara Blok Barat dan Blok Timur

Delegasi KAA

Para pencetus KAA yang terdiri dari delegasi negara Birma (Myanmar), Srilangka, India, Indonesia, dan Pakistan

Diorama KAA

Diorama pembukaan Konferensi Asia Afrika oleh Bung Karno

Kursi rotan KAA

Kursi rotan bersejarah yang pernah dipakai para delegasi KAA

Mesin tik

Mesin tik ini pernah dipakai ketika KAA berlangsung

Palestina

Palestina merupakan satu-satunya negara anggota KAA yang belum merdeka

Demikianlah wet-wet gam edisi museum KAA, semoga bisa menambah wawasan teman-teman semua. Kalo lagi di Bandung, sok atuh main-main kesini. Untuk info selengkapnya bisa dilihat disini ya! 🙂

Image

Berkah Jual Hape

Halo semuanya! Actually, this is my first post! Haha! Well, lama ga posting, bahkan udah hampir setahun ya. Banyak yang nanyain “Kamu punya blog tapi kok ga pernah posting sih?” Duuh. Bingung sih mau jawab apaan. Mungkin karena lebih asik twitteran. Secara, twitter kan situs micro-blogging, jadi lebih enak nulisnya. Kalo nge-blog kan kalimatnya harus panjang-panjang gitu, jadi rada malas sih. Haha. Jangan ditiru ya!

Oiya! Minggu lalu saya barusan ikut acara itu tuh! Itu.. acara yang baliho-nya ada di simpang Taman Sari! :p

Yak, kalo tebakan kalian acara “Agam Inong”, maka kalian dapet ponten 100! *horeeeeeee!!!* #kokjadigajelasginisih

Mumpung masih hangat dalam ingatan, jadinya ditulis dulu. Kalo cocok, langsung jadian aja. #iningomonginapaansihmakingajelas

Jadi, gini ceritanya. Selama tiga hari karantina di hotel yang letaknya tepat di depan Stadion Harapan Bangsa ini, saya mendapatkan banyak hal. Ketemu dengan teman-teman yang mempunyai visi dan misi yang sama, yaitu memajukan pariwisata di Banda Aceh. Banyak kegiatan yang seru disini, mulai dari penyambutan dari pihak Disbudpar Banda Aceh, latihan koreografi, beauty class, public speaking, sesi wawancara, trus juga ada materi dari Gam Inong Blogger, dan yang terakhir city tour.

Malam penobatan adalah malam yang paling menebarkan. Kenapa? Karena untuk pertama kalinya saya berada di atas panggung dengan menggunakan pakaian linto! Perasaan saya waktu itu campur aduk. Senang dan deg-degan bercampur jadi satu. Bukan apa-apa, saya takut salah ngomong waktu memperkenalkan diri. Haha! Untungnya semua itu berlalu dengan baik-baik saja. Hanya salah ketika mengucapkan umur, yang harusnya umur saya 21 tahun, eh pas perkenalan terbilang 19 tahun. Dikira kasus pencurian umur kali ya! :p

Dan alhamdulillah, ketika mc menyebutkan pemenang video favorit, muncul juga nama saya. Yak, pasangan Muhammad Edly Fachrurozy dan Zahratul Fajri menyabet gelar sebagai Agam dan Inong Favorit Banda Aceh 2014!

*tepuk tangan yang meriah sodara-sodara*

Senang! Cuma itu yang bisa saya ungkapkan ketika selempang Agam Favorit Banda Aceh 2014  berhasil disematkan di baju saya. Saya juga ga nyangka video kami yang berjudul Wet-Wet Gam bisa menjadi pemenang. Soalnya sebelum voting ditutup, video kami kejar-kejaran dengan pasangan lain untuk memperoleh views dan likes terbanyak di Youtube. Dan senang banget akhirnya bisa jadi pemenang.

Waktu mau ikutan ajang Agam Inong (Duta Wisata) Kota Banda Aceh 2014, saya sempat jual hape Lenovo K-900 yang baru saya beli sebulan yang lalu. Untuk ikutan ajang kayak gini, emang butuh banyak modal sih. Sewa baju adat, batik, pantovel, dan celana kain saya ga punya. At least, mau ga mau ya harus beli juga. Kalo minjem sama teman agak susah, karena ukurannya kan beda. Dan akhirnya pengorbanan saya pun terbalaskan. Walaupun sekarang cuma pake hape yang bisa sms, telfon, sama bisa dijadiin senter doang! Haha!

Makasih yang udah baca postingan ini. Mudah-mudahan ga kapok ya main ke blog saya.

Oiya! Blogger yang baik selalu meninggalkan jejak! 😉

Image

Pemenang video favorit: Agam Muhammad Edly Fachrurozy dan Inong Zahratul Fajri

Aku Harap Kamu Dengar

Udah berapa tetes air mata karena dia yang akhirnya aku usap buat kamu..

Udah berapa senyum yang hilang yang akhirnya aku yang berusaha munculin lagi..

Kamu mungkin ga pernah sadar apa yang aku lakuin ini selalu aja tentang kamu. Semoga kamu bukan ngga mau tau..

Aku ga terlalu ngerti apa yang sebenernya aku lakuin. Aku selalu resah ngelakuin hal untuk kamu. Bukan soal untuk balasannya, tapi aku gelisah ngelakuin ini semua karena cinta.. atau terpaksa..

Kemudian aku bercermin.. mata aku ga nunjukkin sedikitpun keterpaksaan. Aku bertahan buat kamu..

Entah ini tulus atau bodoh.. aku ga tau benar tentang cinta. Namun yang aku tau, cinta memang berkorban sampai segininya, pengorbanan yang tak pernah terbatas..

Sayangnya.. beberapa cinta berakhir ga berbalas. Tapi.. apa cinta yg hebat harus bertahan sampai sekarat?

Kamu selalu senyum ke aku, tapi bukan tersenyum bersama ku, apalagi karna aku..
Ketika kamu bahagia yang ada cuma dia. Jangan salahin aku ngedoain kamu sedih terus karna cuma ketika kamu sedih aku kamu anggap ada..

Aku Harap Kamu Dengar – Oka (@landakgaul): http://cl.ly/3n2R2o3l313R